A. Strategi
Supervisi Pendidikan
Secara harfiah
strategi berasal
dari
bahasa Yunani yaitu stategos yang asal katanya yaitu stratos yang berarti militer dan Ag artinya memimpin.
Dalam konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan
Jendral untuk memenangkan perang (Purnomo dan Zulkieflimansyah, 1999). Kata "strategi" memang lebih populer dikalangan
militer. Di lingkungan itu penggunaan kata "strategi" lebih dominan menggambarkan
peperangan dan tugas dari seorang komandan untuk mengatur cara/taktik untuk
menghadapi musuh. Tugas itu dipandang sangat penting karena tujuan dalam
peperangan untuk memperoleh.
Seiring perkembangan ilmu
pengertahuan kata strategi banyak diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih
luas sesuai bidang dan disiplin ilmu. Pengertian strategi tidak lagi hanya
sebatas pada konsep atau seni berperang seorang jenderal tetapi sudah
berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin. Dilihat dari sudut etimologi
(asal kata), kata "strategi"
dalam organisasi dapat diartikan sebagai kiat, taktik, atau cara yang dirancang
secara sistematis dalam melaksanakan fungsinya sebagai supervisor.
Strategi merupakan cara yang digunakan dalam mengerahkan semua kemampuan dari segenap sumber
daya yang ada pada suatu organisasi supaya bisa bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Bisa dikatakan bahwa strategi
merupakan faktor penentu keberhasilan
suatu organisasi. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sallis
(2010) yang mengatakan bahwa
tanpa
strategi, sebuah institusi tidak akan bisa yakin bagaimana bisa memanfaatkan peluang-peluang baru. Sehingga
strategi dapat
diartikan sebagai pola atau rencana yang
mengintregasikan, tujuan, kebijakan, alokasi
sumber daya serta urutan tindakan utama yang
dilaksanakan kedalam kesatuan yang kohesif terintregasi dalam mencapai tujuan yang
ditentukan untuk memanfaatakan
sebuah peluag
guna
mencapai tujuan yang diinginkan.
Strategi supervisi pendidikan dapat dimaknai sebagai penentuan tujuan utama jangka panjang
dari suatu organisasi
sekolah, dan penentuan serangkai
tindakan serta alokasi sumber daya organisasi sekolah yang diperlukan dalam
pencapaian
tujuan
pendidikan. Meningkatnya mutu
pendidikan merupakan
efek dari kinerja organisasi sekolah yang dibangun oleh pilar-pilar sumber
daya sekolah yang
dikoordinasikan, disingkronkan dalam suatu sistem kerja
melalui pemberdayaan dan pemanfaatan secara efektif. Seperti yang
dikemukakan oleh Assauri
(2013) keberhasilan suatu organisasi
ditentukan oleh kemampuan pimpinan
organisasi
itu menetapkan strategi yang tepat
dalam
menjalankan organisasinya dan memanfaatkan lingkungan dengan memilih pengorganisasian
sumber daya internal yang
tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Musbikin (2013)
menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan menjadi penentu
bagi peningkatan mutu pendidikan. Kepala sekolah akan mejadi motor penggerak,
penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan.
Suharsaputra (2018) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan menjadi penentu bagi peningkatan mutu pendidikan. Oleh
karena itu seorang kepala sekolah sekaligus pemimpin dalam suatu sekolah harus
dapat bertanggung jawab
terhadap apa yang akan dia putuskan dalam peningkatan mutu
pendidikan sekolahnya.
Hal
tersebut sesuai
dengan hadits Nabi:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ
مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ
مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ
عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ
مُسْلِمٌ
Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW
sesunggguhnya bersabda: Setiap kamu
adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggung jawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang raja adalah pemimpin
bagi rakyatnya, dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang
dipimpinnya.
Seorang suami adalah pemimpin bagi
anggota keluarganya dan
dia akan dimintai pertanggung
jawaban terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah tangga, suami dan anak- anaknya, dan dia
akan dimintai pertanggung jawaban terhadapa apa yang
dipimpinnya. Seorang hamba adalah
pemimpin bagi harta majikannya, dan dia juga akan dimintai pertanggung
jawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Dan ingat setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya.
Kepala sekolah akan mejadi motor
penggerak, penentu arah kebijakan sekolah,
yang akan menentukan
bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya
dapat
direalisasikan.
Berikut ini adalah analisis
empiris
dalam
strategi supervisi (Suharsaputra, 2018)
yaitu:
1.
Strategi Pengembangan Organisasi (Organizational Development).
2.
Strategi Pemberdayaan
(Empowerment strategi)/Motivasi
Kompetensi.
3.
Strategi Pengembangan
(Development
Strategy) Kompetensi Motivasi.
B.
Metode Supervisi Pendidikan
Metode merupakan cara
spesifik yang dilakukan guna mendukung
keberhasilan strategi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam suatu
strategi bisa terdapat variasi metode
yang bisa diterapkan tergantung pada sudut
pengelompokannya terkait dengan jenis dan
pada pola interaksinya.Metode supervisi pendidikan dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang pengelompokkannya dalam menjalankan supervisi
pendidikan. Dilihat
dari pola komunikasi
dalam memanfaatkan
saluran komunikasi,
metode supervisi dapat dikelompokkan
ke dalam metode langsung (Direct Method)dan metode
tidak langsung (Indirect Method). Dilihat dari
kondisi sepervisi, metode supervisi dapat dikelompokkan ke dalam metode individual
dan metode kelompok.
1. Metode langsung (Direct
Method).
Merupakan supervisi pendidikan yang dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung antara supervisor dengan supervisi, baik secara individual maupun secara kelompok. Metode langsung individual akan sangat efektif bila terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kompetensi/kemampuan supervisi sehingga SDM pendidikan dibantu, dibimbing sesuai dengan kemampuan yang perlu dikembangkan atau ditingkatkan, sementara itu metode langsung kelompok akan cukup efektif dilakukan bila kompetensi SDM pendidikan relatif sama, dan atau materi pembinaan, bimbingan bersifat umum dimana semua SDM pendidik perlu memahami dan melaksanakannya (Suharsaputra, 2018).
Adapun menurut Widodo (2007), bila seorang supervisor
menghadapi orang-orang yang disupervisi tanpa perantara atau media, maka
dikatakan bahwasanya dia mengunakan metode langsung, baik dilakukan
secara
individu maupun kelompok. dan sebagainya. Contoh supervisi dengan menggunakan metode
langsung (Direct Method) yaitu kunjungan kelas, pertemuan, konsultasi
pribadi/kelompok, pertemuan guru bidang studi dan lain-lain.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method).
Metode tidak langsung adalah
supervise pendidikan dengan menggunakan
cara tidak tatap muka
dengan menggunakan media
lain dalam berinteraksi, berkomunikasi antara
supervisor dengan supervisi. Penggunaan media tertulis seperti
makalah ataupun
melalui penggunaan
jaringan internet (bisa
disebut e-supervision),
baik melalui electronic mail maupun
membuka blog dimana
supervisor dan supervisi memanfaatkannya
dalam melakukan interaksi bimbingan, atau bantuan
dalam meningkatkan mutu
proses pendidikan/pembelajaran (Suharsaputra,
2018).
Widodo (2007) juga mengungkapkan, bila seorang supervisor menghadapi
orang-orang yang disupervisi menggunakan alat/benda perantara dalam
melaksanakan supervisi, maka hal tersebut dengan metode supervisi tidak
langsung. Contohnya
supervisi dengan menggunakan metode tidak langsung (Indirect
Method) yaitu melalui radio, surat, papan
pengumuman,
handphone, telephone, e-mail dan
lain-lain.
C.
Teknik Supervisi
Pendidikan
Teknik merupakan
suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik
yang baik adalah terampil dan cepat, teknik dipakai menyelesaikan
tugas yang dikerjakan sesuai rencana, spesifikasi atau tujuan yang
dikaitkan dengan teknik yang bersangkutan.
Teknik supervisi
adalah
alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri
yang pada akhirnya
dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
1. Teknik Perseorangan atau Individu
Sahertian (2008) teknik perseorangan
atau individu merupakan teknik pelaksanaan supervisi yang
digunakan supervisor kepada
pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran di sekolah.
Teknik perseorangan
atau individu dikelompokan menjadi
berikut:
a. Kunjungan
kelas (class visit)
Kunjungan kelas merupakan teknik pembimbing guru oleh kepala sekolah,
pengawas dan Pembina lainnya dalam rangka
mengamati
pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang
diperlukan dalam rangka pembinaan guru.
Tujuan kunjungan merupakan semata-mata untuk menolong
guru dalam
mengatasi kesulitan atau masalah mereka
didalam kelas.Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah- masalah yang mereka alami.
Ada 4 tahap
dalam
teknik kunjungan kelas (Sriwahyuni, 2019):
1) Tahap
persiapan (pra
observasi/pertemuan awal)
Peneliti
merencanakan waktu dan sasaran, menyiapkan instrumen dan cara mengobservasi proses
pembelajaran.
2) Tahap
pengamatan selama kunjungan (observasi/ pengamatan pembelajaran)
Peneliti
mengimplementasikan perencanaan supervisi akademik yaitu mengamati jalannya proses
pembelajaran. Pengamatan difokuskan pada aspek yang disepakati, menggunakan instrument
observasi, catatan observasi tentang perilaku guru dan siswa
3) Tahap
akhir kunjungan (pasca observasi/pertemuan balikan)
Peneliti
mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil hasil observasi.
4) Tahap
terakhir (tahap tindak lanjut)
Peneliti
melakukan penguatan dan penghargaan kepada guru serta memberikan motivasi kepada
guru yang belum memenuhi standar diberikan kesempatan untuk mengikuti
pelatihan
lebih lanjut.
Ada beberapa kriteria
kunjungan
kelas yang baik (Suharsaputra,
2018) yaitu:
1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.
3) Mengungkapkan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan data yang objektif.
4) Terjadi interaks antara Pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap
saling pengertian.
5) Pelaksanaan
kunjungan
kelas tidak mengganggu
proses belajar
mengajar.
6) Pelaksaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
b. Observasi
kelas
Observasi kelas merupakan teknik observasi yang
dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya
adalah
untuk memperoleh data
seobjektif
mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar
mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
guru
dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar Pelaksanaan
observasi kelas
ini
melalui beberapa
tahap (Suharsaputra, 2018) yaitu:
1. Persiapan
observasi kelas
2. Pelaksanaan
observasi kelas
3. Penutupan
pelaksanaan observasi
kelas
4. Penilaian
hasil observasi
5. Tindak lanjut.
c. Pertemuan individual
Pertemuan individual merupakan suatu
pertemuan, percakapan, dialog
dan
tukar pikiran antara pembinaan atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai
usaha meningkatkan kemampuan
professional guru. Tujuannya dari
pertemuan
individual yaitu:
1) Memberikan kemungkinan pertemuan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi.
2) Mengembangkan
hal
mengajar yang lebih
baik.
3) Memperbaiki segala kelemahan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Swearingen (dalam
Suharsaputra, 2018)
mengklasifikasi jenis percakapan individual
ini menjadi empat macam yaitu:
1) Classroom-conference
Classroom-conference yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2) Office-conference
Office-conference yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan
alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada
guru.
3) Causal-conference
Causal-conference yaitu percakapan individual yang bersifat
informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru.
4) Observational
visitation
Observational
visitation yaitu
percakapan individual yang dilak- sanakan setelah supervisor melakukan kunjungan
kelas atau observasi kelas
d. Kunjungan antarkelas
Kunjungan antarkelas dilakukan oleh guru dari kelas yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah
itu sendiri. Saat guru
melakukan kunjungan ke
kelas guru tersebut akan mendapatkan pengalaman baru
dari
teman sejawatnya
mengenai
pelaksanaan proses pembelajaran,
pengelolaan kelas
(Suharsaputra, 2018).
e. Menilai
diri sendiri
Merupakan
satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan.
Penilaian diri sendiri
merupakan satu
teknik pengembangan
professional guru. Penilaian
diri sendiri memberikan informasi secara
objektif kepada guru tentang peranannya di kelas
dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pembelajarannya dalam
mempengaruhi
murid (Sutton dalam Widyastuti dan Afriansyah, 2019).
Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri
sendiri antara lain(Suharsaputra, 2018):
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan
atau suatu aktivitas.
2) Menganalisis tes-tes
terhadap
unit kerja.
3) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja
secara perorangan maupun secara
kelompok
2. Teknik Kelompok
Teknik
Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik
supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama
sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian, 2000). Teknik
Supervisi yang bersifat kelompok (Sagala 2010) antara lain
a. Pertemuan orientasi bagi guru
baru
Pertemuan orientasi adalah pertemuan antara
supervisor dengan supervisi (terutama guru baru) yang bertujuan menghantar
supervisi memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala
(2010).
Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat
menyampaikan atau menguraikan kepada supervisi hal-hal sebagai berikut
(Sahertian2008
: 86) :
1) Sistem kerja yang berlaku
di sekolah itu.
2) Proses dan mekanisme administrasi danorganisasi sekolah.
3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
4) Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam
bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu yang
berkaitan atau berhubungan dengan sumber belajar.
6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam
orientasi inia dalah makan bersama.
7) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru baru
tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima dalam kelompok
guru lain.
b. Rapat
guru,
Melalui rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan
proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru (Pidarta,
2009). Tujuan teknik supervisi rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala
(2010) dan Pidarta (2009) adalah sebagai berikut:
1) Menyatukan
pandangan pandangan guru tentang masalah
masalah dalam mencapaimakna dan tujuan pendidikan.
2) Memberikan
motivasi kepada guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta dapat mengembangkan diri dan jabatan mereka secara
maksimal.
3) Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna pencapaian pengajaran yang maksimal.
4) Membicarakan
sesuatu melalui rapat guru yang bertalian
dengan proses pembelajaran.
5) Menyampaikan
informasi baru seputar belajar dan
pembelajaran, kesulitan kesulitan
mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar secara bersama dengan semua
guru disekolah
c. Studi kelompok antarguru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian
dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS
dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya
dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan
teknik supervisi ini adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan
kualitas penguasaan materi dan kualitas
dalam memberi layanan belajar.
2) Memberi
kemudahan bagi guru-guru untukmendapatkan bantuan pemecahan masalah pada
materi pengajaran.
3) Bertukar
pikiran dan berbicara dengan sesama
guru pada satu bidang studi atau bidang-bidang studi yang serumpun.
d. Diskusi
Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok
yang digunakan supervisor untuk mengembangkan
berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara
melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini
supervisor dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau
mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama sama akan berusaha
mencarialternatif
pemecahan masalah tersebut (Sagala, 2010). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi
adalah untuk
memecahkan masalah masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi
melalui diskusi.
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan
masalah melalui percakapan dan bekerja
secara kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan
workshop antara lain :
1) Masalah yang dibahas bersifat Life centreddan muncul dari guru
tersebut
2) Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik
dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik
f. Tukar
menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman (Sharing of Experince) adalah suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar
terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima
tanggapan dan saling belajar
satu dengan yang lain. Langkah-langkah melakukan sharing antara lain:
1) Menentukan
tujuan yang akan dicapai.
2) Menentukan
pokok masalah yang akan dibahas.
3) Memberikan
kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat pendapat mereka
4) Merumuskan
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri,
S. 2013. Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Meysi wardi
anisa. 2019. Proses dan teknik
supervisi pendidikan. Padang. Universitas
Negeri Padang.
Musbikin,
I. 2013. Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat!. Riau: Zanava Publishing.
Pidarta,
made Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2009.
Purnomo, Setiawan Hari dan
Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Pengantar. Jakarta: Fakultas Ekonomi
UI.
Sagala,
Syaiful, 2010. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar &
Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sallis. E. Alih Bahasa: Riyadi. A. A. dan Fahrurrozi. 2010. Total Quality Management in Education. Manajemen Mutu
Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.
Sriwahyuni,
Ninik. 2019. Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Berkualitas Melalui Supervisi Akademik Dengan Teknik Kunjungan Kelas pada Guru
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Vol 7, No. 1.
Suharsaputra,Uhar. 2018. Supervisi Pendidikan
Pendekatan
berbasis Kinerja. Bandung : PT
Refika Aditama.
Widodo,
J. (2007). Supervisi Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di Indonesia:Antara
Teori Dan Realita. 2(2), 291–313.
Widyastuti,
Anjani dan Afriansyah, Hade. 2019. Proses dan Teknik Supervisi Pendidikan.
Judul Artikel, Padang.