Pencapaian belajar
merupakan muara dari seluruh aktivitas pembelajaran. Agar tujuan belajar
dapat dicapai, maka guru hendaknya memperhatikan secara cermat berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi atau menentukan tercapainya tujuan belajar,
sehingga potensi yang ada dapat didayakan secara optimal untuk mendukung
tercapainya tujuan.
Salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan guru adalah berkenaan dengan asas-asas
pembelajaran. Pemahaman dan ketrampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan
asas pembelajaran akan membentuk guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran
secara tepat, sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.
A. Pengertian
Asas-asas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Asas adalah hukum dasar; suatu kebenaran yang menjadi
pokok dasar. Pembelajaran (instruction) adalah suat usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi
kegiatan belajar. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang
terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri peserta didik. Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran
(instruksional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang
membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Dengan demikian inti dari
pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti
jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya.
Dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka
mencapai kompetisi dasar.
Kegiatan belajar hanya
bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses
belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik
jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi
peserta didik.
Jadi, asas-asas
pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas
pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk
menciptakan proses belajar.
B. Macam-macam Asas
Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga
dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan
proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang
diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat
diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa pada tingkat
dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk
mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat. Agar peragaan berkesan
secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda atau model yang diperagakan
terbatas pada luarnya saja, tetapi harus mencapai berbagai segi,dianalisis,
disusun, dan dibanding-bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
lengkap.
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar,
menyangkut beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu
hal akan lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan
pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan
langsung, dengan menggunakan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan
yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung, dengan menunjukkan
benda tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan
sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar,
tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar, perhatian akan
timbul dari siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhanya.
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan,
seorang siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap
pelajaran tersebut. Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika
tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan
kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan perhatian peserta didik.
Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan
pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang
disajikan
c.Merangsang siswa agar melakukan
kompetisi belajar yang sehat, berusaha menghindarkan hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang
baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal yang tidak perlu, mengadakan
selingan sehat.
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”,
yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi
berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta
ketahanan pada tingkah laku tersebut. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan, bahwa
motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan
pengalasan dan motivasi. Motivasi adalah dorongan bagi seseorang untuk kekuatan
melakukan sesuatu dengan penuh semangat, yang berasal dari diri sendiri disebut
motivasi instrinsik, kemudian dorongan dari luar disebut motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik, misalkan saja siswa
belajar bersungguh-sungguh untuk menguasai pelajaran yang diajarkan. Kemudian
motivasi ekstrinsik dapat dilakukan oleh guru, sehubungan dengan itu S.
Nasution membedakan macam-macam motivasi sebagai berikut:
1. Memberi angka, angka yang baik bagi mereka
merupakan motivasi dalam kegiatan belajar.
2. Hadiah, dapat membangkitkan motivasi dalam hal
pekerjaan atau belajar, namun hadiah dapat merusak jiwa manakala membelokkan
pikiran dan jiwa dari tujuan yang sebenarnya.
3. Persaingan, dalam waktu tertentu dapat
meningkatkan motivasi , dapat mempertinggi hasil belajar anak bilamana
dilakukan dengan cara positif.
4. Tugas yang menantang, memberi tugas yang
menantang mendorong siswa untuk belajar secara serius.
5. Pujian, merupakan motivasi yang baik bila
diberikan dengan benar dan beralasan.
6. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki
kesalahan anak, hendaknya diberikakn secara bijaksana dan dapat menjadikan anak
menyadari kesalahnya.
7. Celaan, secara psikologis dapat merusak jiwa
anak, anntara lain menjadi frustrasi dalam belajarnya dan menimbulkan dendam
terhadap guru
8. Hukuman, sama halnya dengan celaan, juga dapat
menimbulkan kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah pikiran,
menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan pengalaman yang telah
dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya.
Ahli psikologi mendenifisikan apersepsi adalah bersatunya memori
yang lama dengan yang baru pada saat tertentu. Untuk menetapkan asas-asas
apersepsi dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sebelum pelajaran dimulai guru mencari
titik tolak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa
dengan cara mengajukan pertanyaan.
b. Dalam menjelaskan pelajaran dapat digunakan
teknik induktif, yaitu dari contoh menuju hukum, dari yang khusus menuju yang
bersifat umum, dari konkret ke abstrak.
5. Korelasi dan Konsentrasi
Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan minat dan
perhatian siswa. Hendaknya guru juga menghubungkan pelajaran dengan realita
sehari-hari.
Ada tiga tahapan dalam
pelaksanaanya, yakni:
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan
alat peraga, supaya kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan
tiap kelompok diberi permasalahanya masing-masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini
kelompok-kelompok diterjunkan langsung kelapangan untuk mencari sumber
data untuk materi diskusi, laporan ditulis lengkap, para siswa diharapkan dapat
berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak sebagai pedamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok
dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau
diskusi panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif.
6. Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru. Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas,
yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula
pengertian kolaborasi.
Adapun pengelompokan kelompok itu biasanya didasarkan pada: a.
adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, b. kemampuan belajar
siswa, c. memperbesar partisipasi siswa, d. pembagian tugas dan kerja sama.
Yang dimaksud dengan kooperatif di sini adalah belajar atau
bekerja sama (kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan
sosial antara siswa yang satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan
siswa.
Adapun
keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:
a. Hasil belajar lebih
sempurna bila dibandingkan dengan belajar individual.
b. Pendapat yang dituangkan dalam kelompok lebih meyakinkan
dibandingkan pendapat individual.
c. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat
tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki, dan menghilangkan
egoisme.
Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok
kerja sama tersebut antara lain:
a. Kerja Kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis
masalah, pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
b. Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi
selalu mengutamakan pemecahan masalah.
Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan, lima unsur tersebut adalah:
a. Positive
interdependensi (saling ketergantungan positif).
b. Personal
responsibility (tanggung jawab perseorangan).
c. Face to face
promotive interaction (interaksi promotif).
d. Interpersonal skill
(komunikasi antar anggota).
e. Group Processing
(pemrosesan kelompok).
Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak
hanya mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan
untuk mengembangkan kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat
dirinya sendiri, hakikat hubungannya dengan orang lain dan lingkungan.
7. Individualisme
Asas individualitas pada hakikatnya bukan lawan dari kooperatif.
Asas ini dilatarbelakangi oleh perbedaan siswa baik dalam menerima, memahami, menghayati,
menganalisis dan kecepatan mereka menerima pelajaran yang disampaikan oleh
seorang guru. Di samping itu para siswa juga berbeda dalam bentuk fisik ataupun
mental, oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru menyesuaikan kondisi
siswa dengan materi yang diajarkan. Untuk menyesuaikan kondisi siswa dapat
dilakukan pengelompokan, misalkan saja menjadi tiga, kelompok A, B dan C. Guru
membuat pengelompokan siswa atas dasar kemampuan yang relatif sama, menerapakan
cara belajar tuntas, mengembangkan proses belajar mandiri. Beberapa cara
penggunaan sumber lingkungan:
a. Membawa siswa
keluar lingkungan kelas, misal karyawisata.
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke
dalam kelas, misal benda-benda, Resources person.
Cara-cara
menyelesaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a. Pengajaran
individual, siswa diberikan tugas menurut kemampuan masing-masing.
b. Tugas tambahan, diberikan pada siswa yang lebih pandai disamping
tugas yang bersifat umum dengan demikian kondisi kelas dapat terpelihara.
c. Pengajaran proyek, siswa mengerjakan sesuatu yang sesuai
minat dan kesanggupan.
d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi beberapa
kelompok dengan kesanggupan yang sama.
8. Evaluasi
Yang dimaksud evaluasi di sini adalah penilaian guru terhadap
proses kegiatan belajar-mengajar. Penilaian tersebut untuk mengetahui sejauh
mana tujuan pengajaran sudah tercapai, selain itu pula untuk mengetahui
hambatan-hambatan yang terjadi. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada akhir
semester saja tetapi setiap jam juga bisa karena akan berguna untuk mengetahui
kemajuan hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi berkenaan dengan dua aspek yaitu
aspek guru dan aspek belajar siswa.
C. Arti Penting Asas-asas Pembelajaran
Sebelum membahas
peranan atau arti penting asas pembelajaran, akan disinggung sedikit tentang
didaktik dan metodik. Didaktik dapat dipahami dengan suatu ilmu yang
membicarakan prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran. Didaktik adalah
sebagian dari pedagogik atau ilmu mengajar.
Didaktik dapat dibagi
menjadi dua yaitu didaktik umum (prinsip-prinsip umum yang berkenaan dengan
penyajian bahan pelajaran) dan didaktik khusus (membicarakan tentang cara
mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu). Didaktik khusus juga
disebut dengan Metodik atau disebut dengan metodologi Pengajaran dan terbagi
dalam dua bagian, metodik umum dan khusus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas
atau prinsip pembelajaran adalah bagian dari metodologi pembelajaran.
No comments:
Post a Comment