Prinsip
balikan dan penguatan merupakan implementasi dari teori belajar belajar yang
dikemukakan oleh Skinner melalui Teori Operant
Conditioning dan salah satu dari belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar
ini, siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena
pengutan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang
tidak menyenangkan. Dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat
memperkuat belajar.
Memberikan
balikan dan penguatan merupakan hal yang kedengarannya sederhana dan mudah,
akan tetapi seringkali tidak terlalu mudah untuk dilakukan oleh setiap guru.
Hambatannya bisa dalam bentuk yang berbeda. Beberapa guru mungkin belum
terbiasa melakukanya, sangat mungkin karena anggapan mereka belum menempatkan ‘penguatan“
sebagai suat yang penting dalam proses
pembelajaran. Karena itu perlu upaya-upaya latihan agar keadaan tersebut
menjadi terbiasa untuk dilakukan.
Sumantri
dan Permana (dalam Aunurrahman, 128:2010) mengemukakan secara khusus beberapa
tujuan dari pemberian penguatan, yaitu:
1. Membngkitkan
motivasi belajar siswa.
2. Merangsang
sisa berpikir lebih baik.
3. Menimbulkan
perhatian siswa.
4. Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi
5. Mengendalikan
dan mengubah sikap negative siswa dalam belajar kea rah perilaku yang mndukung
belajar.
Terdapat
beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru (Aunurrahman, 129:2010):
1. Penguatan
verbal yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang
diucapkan seperti: “bagus, baik, smart, tepat dan sebagainya”.
2. Penguatan gestural yaitu penguatan berupa gerak
tubuh atau mimik muka yang member arti/kesan baik kepada siswa. Pengutan
gestural dapat berupa: tepuk tangan,acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan
sebagainya.
No comments:
Post a Comment