Profil

My photo
Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Nama saya Afri Mardicko, dosen di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Saya putra asli Minang dan Jawa. Suku Minang saya adalah Caniago solok.

Tuesday, May 17, 2022

Landasan Psikologi dalam Pendidikan

A. PERIODISASI PERKEMBANGAN INDIVIDU 

Tahapan perkembangan anak 
1. Sensorimotor, yang berkembang mulai dari lahir sampai 2 tahun. 
2. Praoperasional, mulai dari 2 sampai tahun Periodisasi yang berdasar psikologis. 

Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis ialah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya. Fenomena Psikologi dalam periodesasi perkembangan individu Perbedaan individual peserta didik juga terlihat dari aspek psikologisnya, Ada anak yang mudah tersenyum, ada anak yang gampang marah, ada yang berjiwa sosial, ada yang sangat egoistis, ada yang cengeng, ada yang pemalas, ada yang rajin, ada yang pemurung dan sebagainya. Dalam proses pendidikan di sekolah, perbedaan aspek psikologis ini sering menjadi persoalan, terutama aspek psikologis yang menyangkut masalah minat, motivasi dan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru. Dalam penyajian suatu materi pelajaran guru sering menghadapi kenyataan betapa tidak semua peserta didik yang mampu menyerapnya secara baik. Realitas ini mungkin disebabkan oleh cara penyampaian guru yang kurang tepat atau menarik, dan mungkin pula disebabkan oleh faktor psikologis peserta didik yang kurang memperhatikan. Secara fisik mungkin terlihat bahwa perhatian peserta didik terarah pada pembicaraan guru. Namun secara psikologis, pandangan mata atau kondisi tubuh mereka yang terlihat duduk dengan rapi dan tenang belum dapat dipastikan bahwa mereka memperhatikan semua penjelasan guru. Bisa saja pandangan mata anak hanya terarah pada gerak, sikap dan gaya mengajar guru, tetapi alam pikirannya terarah pada masalah lain yang lebih menarik minat dan perhatiannya. Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sangat sulit dipahami secara tepat, sebab menyangkut apa yang ada di dalam jiwa dan perasaan peserta didik. Meskipun demikian, bukan berarti seorang guru mengabaikan begitu saja, tanpa berusaha untuk memahaminya. Guru dituntut untuk mampu memahami fenomena-fenomena psikologis peserta didik yang rumit tersebut. Salah satu cara yang mungkin dilakukan dalam menyelami aspek psikologis peserta didik ini adalah dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik secara pribadi. Guru harus menjalin hubungan yang akrab dengan peserta didik, sehingga mereka mau mengungkapkan isi hatinya secara terbuka. Dengan cara ini memungkinkan guru dapat mengenal siapa sebenarnva peserta didik sebagai individu, apa keinginan-keinginannya, kebutuhankebutuhan apa yang ingin dicapainya, masalah-masalah apa yang tengah dihadapinya, dan sebagainya. Dengan mendekati dan mengenal peserta didik secara mendalam, guru pada gilirannya dapat mencari cara-cara yang tepat untuk memberikan bimbingan dan membangkitkan motivasi belajar mereka. 

B. FENOMENA PSIKOLOGI DALAM PERIODESASI PERKEMBANGAN INDIVIDU 
1. Perilaku Agresif 
Menurut Baron dan Byrne (2005) perilaku agresif merupakan tingkah laku yang menyebabkan penderitaan dan menyakiti orang lain. Sedangkan menurut Myers (2012) konsep agresi adalah sebagai perilaku fisik atau verbal yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan. Berdasarkan uraian tentang pengertian perilaku agresif di atas, maka dapat disimpulkan perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan individu kepada objek sasaran dengan tujuan untuk menyakiti atau merusak. Rahmawati dan Asyanti (2017) menyimpulkan faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku agresif antara lain cara berpikir remaja yang cenderung impulsif (impulsif itu sendiri memiliki arti bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati. Sehingga apabila perilaku seseorang yang tiba-tiba berubah, tiba-tiba di luar rencana, atau sebuah sikap yang tidak didukung alasan yang kuat. Dan pada umumnya sikapnya tergolong irrasional. Maka disimpulkan individu tersebut termasuk pribadi impulsif. Ciri pribadi impulsif adalah kalau bicara atau berbuat seringkali tidak disertai alasan-alasan atau penalaran-penalaran), tingkat pendidikan orang tua dan remaja yang tergolong kurang, pengawasan orang tua yang kurang terhadap aktivitas yang dilakukan oleh remaja, pemberian sanksi yang belum memberi efek jera bagi remaja, dan peran orang dewasa yang memberi contoh untuk melakukan perilaku agresif. Sedangkan alasan remaja melakukan perilaku agresif antara lain untuk menyelesaikan permasalahan secara cepat, merasa tidak terima apabila ada orang lain yang merendahkan harga dirinya, dan tanpa adanya alasan yang pasti. Bentuk perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja antara lain tawuran, memprovokasi, mengintimidasi, memukul, menendang, dan membentak. 

2. Kenakalan remaja 
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1) 12-15 tahun, Masa remaja awal; 2) 15-18 tahun, Masa remaja pertengahan; 3) 18-21 tahun, Masa remaja akhir. Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) ialah kejahatan / kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak muda, yang merupakan gejala sakit (Patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang (Unayah & Sabarisman). Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) menurut Dryfoon(dalamUnayah &Sabarisman, 2016) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak diterima secara sosial misal bersikap berlebihan di sekolah) sampai pelanggaran status seperti melarikan diri hingga tindak kriminal misalnya pencurian. Untuk alasan hukum dilakukan pembedaan antara pelanggaran indeks dan pelanggaran status. Pelanggaran indeks (index offenses) adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa, seperti perampokan, tindak penyerangan, pemerkosaan, pembunuhan. Pelanggaran status (Status offenses) adalah tindakan yang tidak seserius pelanggaran indeks, seperti melarikan diri, membolos, minum minuman keras dibawah usia yang diperbolehkan, hubungan seks bebas dan anak yang tidak dapat dikendalikan. Tindakan ini dilakukan remaja dibawah usia tertentu yang membuat mereka dapat digolongkan sebagai pelaku pelanggaran remaja. Adapun bentuk kenakalan remaja menurut Sunarwiyati (dalam Masngudin, 2003), membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan, yaitu: 1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, 2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai tanpa SIM, mengambil barang orang tua atau orang lain tanpa ijin, 3) Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks bebas, pencurian. 

C. MENGATASI FENOMENA PSIKOLOGI 
1. Perilaku Agresif 
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku agresif pada remaja (Rahmawati & Asyanti, 2017) a. Penyuluhan terkait perilaku agresif. b. Warga yang ajtif mengajak remaja untuk aktif kegiatan di masjid. c. Patroli oleh polisi dan ormas islam d. Menasehati e. Memarami f. Mengurangi uang saku 

2. Kenakalan Remaja 
Mengatasi kenakalan remaja terutama pada lingkungan dalam keluarga, Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan seperti yang dilansir Helpguide.org, Rabu (21/1/2015). 
a. Menerapkan aturan dan konsekuensi Pada saat Anda dan anak remaja Anda tenang, maka bicarakanlah tentang aturan di rumah beserta konsekuensinya. Ingat, bicarakan dengan alasan yang masuk akal. Jika anak remaja Anda tidak sepakat, maka berdiskusilah. Jadikan aturan dan konsekuensi yang dibuat sebagai keputusan bersama. 
b. Mengungkap ada apa di balik kenakalan remaja. Para orangtua cenderung akan menghakimi anak remaja atas apa yang dilakukannya tanpa mengetahui ada masalah apa di baliknya. Bersikap seperti itu tidaklah adil bagi anak. Jadi, sebelum menghakimi anak yang berbuat nakal, tanya baik-baik apa yang sebenarnya terjadi. 
c. Temukan cara redakan marah Karena perubahan hormon, remaja akan cenderung cepat marah. Karena itu, salah satu tugas orangtua adalah mengetahui bagaimana cara untuk meredakan marah pada anak tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan, misalnya membiasakan mereka dengan mendengarkan musik, menulis atau bermain game. 
d. Ada bersama anak Terkadang, orangtua sibuk sendiri. Mereka hanya memberikan uang pada anaknya tapi tidak memberikannya kasih sayang. Hal ini sangat memicu kenakalan remaja. Karena itu, luangkan waktu Anda untuk anak, entah mendengarkan ceritanya atau memberikan solusi atas masalah yang dialaminya. Kebiasaan ini harus dibangun sejak dini. 
e. Temukan kesamaan Para orangtua juga harus mampu temukan kesamaan dengan anak remaja mereka. Dengan menemukan kesamaan, orangtua dan anak remaja dapat melakukan kegiatan bersama sehingga dapat menghindari anak melakukan kegiatan negatif. Misalnya, para ayah dapat mengajak anak lelakinya untuk melihat pertandingan sepak bola, sedangkan ibu dan anak perempuannya dapat pergi belanja ke pusat perbelanjaan. 
f. Mendengarkan tanpa memvonis Ketika Anda sedang berbicara dengan anak, hindarilah ucapan-ucapan yang sifatnya menghakimi, mengejek, menyela dan mengkritik. Sebab, seorang remaja sangat mudah tersinggung, bahkan oleh hal-hal yang sifatnya remeh. Dengan melakukan ini, maka anak remaja Anda akan merasa lebih dihargai. 

Daftar Pustaka 
Baron, R., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi 10. Jakarta: Penerbit Erlangga. 
Myers, D. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika. 
Rahmawati, Adelina & Setia, Asyanti. 2017. FENOMENA PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA DAN PENANGANAN SECARA PSIKOLOGIS. Prosiding SEMNAS Penguatan Individu di Era Revolusi Informasi Unayah, 
Nunung & Sabarisman, Muslim. 2016. FENOMENA KENAKALAN REMAJA DAN KRIMINALITAS. Open Jurnal System Kementrian Sosial RI. 
Masngudin., H., M., S. (2003), Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga: Studi Kasus di Pondok inang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta, Jakarta: Departemen Sosial RI.

HAKIKAT PEMBELAJARAN

1. Makna Pembelajaran Pada bab 1 kita sudah membahas tentang makna belajar. Supaya belajar dapat terlaksana dengan baik dan maksimal maka ...