Profil

My photo
Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Nama saya Afri Mardicko, dosen di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Saya putra asli Minang dan Jawa. Suku Minang saya adalah Caniago solok.

Wednesday, November 25, 2020

A.  Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.

Pendekatan pembelajaran menurut Milan Rianto, merupakan cara memandang kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan bagi guru untuk pengelolaannya dan bagi peserta didik akan memperoleh kemudahan belajar. Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu : 

1)      Pendekatan berdasarkan proses meliputi pendekatan yang berorientasi kepada guru / lembaga pendidikan, penyajian bahan ajar yang hampit semua kegiatannya dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan (sekolah) sementara peserta didik terkesan pasif, dan pendekatan yang berorientasi kepada peserta didik, penyajian bahan ajar yang lebih menonjolkan peran serta peserta didik selama proses pembelajaran. Sementara guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin. 

2)       Pendekatan pembelajaran ditinjau dari segi materi meliputi pendekatan kontekstual, penyajian bahan ajar yang dikontekskan pada situasi kehidupan di sekitar peserta didik dan pendekatan tematik. Penyajian bahan ajar dalam bentuk topik – topik dan tema.

 

            Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan medan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

B.   Macam-macam Pendekatan Pembelajaran

Dilihat dari pendekatan sudut pandangnya,  pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

1)      Student Centered Approach

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. SCL (Student Center Learning) menurut Wright (2011) dalam Munganga, L (2019),mengungkapkan bahwa pendekatan yang berpusat pada peserta, keberhasilan pengajaran terlihat ketika pengajar, peserta, dan peserta lain menjadi sumber yang bisa memberi pengalaman, pengetahuan, dan evaluasi dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajarannya tidak lagi pada tuntasnya materi, namun lebih pada pencapaian kompetensi peserta didik. Metode dalam pembelajaran SCL (Student Center Learning) disebut juga sebagai pembelajaran aktif menggunakan roleplays, elearning/mlearning, grup diskusi, fieldtrip, simulasi game, problem based learning, contextual instruction, dll. Sedangkan menurut Cuban (1983) dalam Justus N. Agumba Et, al., (2014), pendekatan SCL (Student Center Learning) sering didefinisikan sebagai lawan dari pendekatan tradisional yang karaktreristiknya bertumpu sebagian besar menitikberatkan pada peran guru.Adapun pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Center Learning), menurut Zulfatmi (2016) mampu memberi peluang yang lebih besar bagi peserta didik dalam internalisasi nilai. Selain itu, Lin (2015), Hanewicz et, al., (2017), Yamagata (2018) dalam Yang Dong Et, al., (2019), studi terdahulu menggambarkan gaya pembelajaran yang berorientasi pada siswa memiliki keuntungan pemahaman yang mendalam pada level pengetahuan. Hal tersebut seiring dengan Zohrabi,(2012) dalam Ive Maliana (2017) yang memosisikan aktivitas peserta adalah indikator yang sangat penting dalam proses dan kualitas pembelajaran.

 

 

2.      Teacher Centered Approach

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru , dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran. Menurut Burrowes(2003) menyampaikan bahwa pembelajaran berfokus pada guru menekankan pada resitasi konten, tanpa memberi waktu yang cukup  kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya atau mengaplikasikannya pada situasi kehidupan nyata. Penyelenggaraan pembelajaran berfokus pada guru lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

Adapun ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang berfokus pada guru, antara lain :

a.       Guru yang harus menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar.

b.       Siswa ditempatkan sebagai objek belajar.

c.       Kegiatan pembelajara terjadi pada tempat dan waktu tertentu.

d.      Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.

 

C.      Tipe Pendekatan Pembelajaran 

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya. 

Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru. Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial.(Dirjen Dikmenum, 2002:6). 

 

D.      Kelebihan model pembelajaran kontekstual

1)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

2)      Menyadarkan siswa tentang apa yang dipelajarinya

3)      Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok

4)      Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan .

 

E.       Kelemahan model pembelajaran kontekstual

1)      Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama dalam proses belajar mengajar

2)      Dalam proses pembelajaran ini tampak lebih terlihat siswa yng berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan kurang yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri 

3)      tidak semua siswa dengan mudah untuk menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan pendekatan ini

4)      peran guru tidak Nampak terlalu penting yaitu hanya sebagai pengarah dan pembimbing , karena lebih menuntut siswa untuk lebih aktif dan berusaha sendiri dalam mencari informasi , mengamati dan menemukan pengetahuan baru dilapangan.

 

F.       Pendekatan Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan pembelajaran dimana peserta didik membangun pemahaman sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba (Suwarna,2005).

Menurut Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938), Ausubel(1963), Caprio (1994), Mc Brien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)  kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. 

Ciri-ciri pendekatan kontruktivisme : 

1)   Dengan adanya pendekatan kontruktivisme ,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakiukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.

2)   Setiap siswa memiliki peranan penting dalam menentukanapa yang mereka pelajari

3)   Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

 

Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing. 

Keunggulan Model konstruktivisme:

1)   Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan kepada  siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memiliki rasa percaya diri

2)   Pembelajaran konstruktivisme  memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa

3)   Pembelajaran konstruktivisme  memberikan lingkungan belajar yang kondusif

 

Kekurangan Model konstruktivisme

1)   Guru merasa kesulitan memberikan contoh yang realistic dan konkrit dalam proses pembelajaran 

2)   Guru berfikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu  terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum.

 

G. Pendekatan saintific

Pendekatan saintific adalah Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati , menanya, menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk semua mapel. 

Kelebihan pendekatan saintific

1)   Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan  dan proses kognitif 

2)   Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi diri .

3)   Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan .

4)   Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

5)   Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu 

 

Kekurangan model saintific 

1)   Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang berjumlah banyak , karena membutuhkan waktu yang lama.

2)   Tidak menyediakan kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan  mn

 

H.  Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. 

Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.

 

I.         Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik untuk menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati konsep itu diperoleh .

J.        Pendekatann Open – Ended

Menurut Suherman dkk (2003;123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga open-ended problem atau soal terbuka.Dengan open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapat jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.

Kelebihan pendekatan open-ended 

1)   Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.

2)   Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta keterampilan secara komperehensif.

3)   Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.

4)   Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atau jawaban yang mereka berikan.

5)   Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

K.      Kelemahan pendekatan open-ended 

1)   Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah yang bermakna bagi siswa.

2)   Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

3)   Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

Dilihat dari pendekatan materinya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

1)   Pendekatan Deduktif 

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.” 

Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa: Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum keadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.

Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.” 

Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.

L.  Pendekatan Induktif 

Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.



Monday, November 2, 2020

Motivasi Belajar

A.      Pengertian Motivasi Belajar

Dalam pembelajaran aktif guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Menurut Praastya (dalamAgus, 162:2011), dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan faktor yang paling baik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 163:2011).

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Sebab jika siswa tidak mempunyai motivasi belajar tidak mungkin akan melakukan aktivitas belajar. Segala sesuatu yang menarik minat seorang siswa belum tentu menarik minat siswa yang lain yang tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar yang terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi instrinsik. Namun siswa yang tidak mempunyai keinginan belajar, maka dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan.

B.  Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik

  1. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukannya (Bahri Djamarah, 149:2008). Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam bahan pelajaran, bukan keinginan yang lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, hadiah dan lain sebagainya.

  1. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Bahri Djamarah, 151:2008). Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pembelajaran. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian siswa atau karena sikap tertentu dari guru atau orang tua. Baik motivasi ekstrinsik positif dan motivasi ekstrinsik negatif sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Motivasi ekstrinsik positif seperti diakui, angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya yang merangsang siswa untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, kasar, celaan, hukuman yang menghina dan lain sebagainya yang berpengaruh negatif renggangnya hubungan guru dengan siswa. Maka jadilah guru yang dibenci siswa. Efek pengiringnya, mata pelajaran yang dipegang guru itu menjadi tidak disukai oleh siswa.       

C.  Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar (Bahri Djamarah, 153:2008):

1.    Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

Seorang siswa melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar pendorong siswa untuk belajar. Berbeda dengan seorang yang berminat belum sampai pada ranah motivasi yang menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan.

2.    Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar

Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak memutuskan menggunakan motivasi ekstrinsik. Tidak pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Efek yang tidak diharapakan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan siswa terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain percaya diri, siswa juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi instrinsik lebih utama.

Siswa yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sanat kuat. Dia belajar bukan karena ingin mendapat nilai yang tinggi, mengharapkan pujian atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin mendapatkan dan memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya.

3.    Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman

Meki hukuman tetap diberlakukan dalam memacu motivasi belajar, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang lebih senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga. Memuji berarti memberi penghargaan atas prestasi kerja seseorang. Berbeda dengan pujian, hukuman diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk memberhentikan perilaku negatif siswa. Frekuensi kesalahan diharapkan lebih diperkecil setelah siswa diberi sanksi berupa hukuman.  

4.    Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar

Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh siswa adalah keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah siswa belajar. Jadi belajar merupakan santapan utama siswa.  Dalam kehidupan siswa membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya memberikan rasa percaya diri kepada siswa. Perhatian, ketenaran, status, martabat dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi siswa. Semua dapat memberi motivasi bagi peserta didik.

5.    Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin akan dapat menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin belajar bukanlah hal yang sia-sia. Hasilnya pasti akan dirasakan dihari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan bukan dihadapi dengan sikap pesimisme, hati yang resah. Melainkan dengan sikap yang tenang dan percaya diri.

6.    Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

Dalam berbagai hasil penelituan selalu menyimpulkan motivasi mempengaruhi hasil belajar. Tinggi rendahnya motivasi mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

D.  Fungsi motivasi dalam belajar

Ada 3 (tiga) fungsi motivasi dalam belajar (Bahri Djamarah, 2008: 157):

1.      Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Awal mulanya ada siswa yang tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari maka muncullah minat untuk belajar. Sesuatu yang dicari itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.

2.      Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini siswa sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga.

3.      Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Siswa dengan tekun akan belajar dan penuh konsentrasi mempunyai tujuann agar yang ingin diketahui/dimengerti itu cepat tercapai.

E.  Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar

Ada beberapa bentuk-bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam mengarahkan belajar siswa (Bahri Djamarah, 159:2008):

1.      Memberi angka

2.      Hadiah

3.      Kompetisi

4.      Ego-Involvement (Harga diri)

5.      Memberi ulangan

6.      Mengetahui hasil

7.      Pujian

8.      Hukuman

9.      Hasrat untuk belajar

10.  Minat

11.  Tujuan yang diakui

 

 


HAKIKAT PEMBELAJARAN

1. Makna Pembelajaran Pada bab 1 kita sudah membahas tentang makna belajar. Supaya belajar dapat terlaksana dengan baik dan maksimal maka ...