A. Pengertian Pendekatan
Pembelajaran
Pendekatan Istilah pendekatan berasal dari
bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam
pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something ‘cara
memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara
memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat
asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam
memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit
membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa
kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran menurut Milan Rianto,
merupakan cara memandang kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan bagi guru
untuk pengelolaannya dan bagi peserta didik akan memperoleh kemudahan belajar.
Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu :
1)
Pendekatan berdasarkan proses meliputi pendekatan yang
berorientasi kepada guru / lembaga pendidikan, penyajian bahan ajar yang hampit
semua kegiatannya dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan (sekolah)
sementara peserta didik terkesan pasif, dan pendekatan yang berorientasi kepada
peserta didik, penyajian bahan ajar yang lebih menonjolkan peran serta peserta
didik selama proses pembelajaran. Sementara guru hanya sebagai fasilitator,
pembimbing dan pemimpin.
2)
Pendekatan pembelajaran ditinjau dari segi materi meliputi
pendekatan kontekstual, penyajian bahan ajar yang dikontekskan pada situasi
kehidupan di sekitar peserta didik dan pendekatan tematik. Penyajian bahan ajar
dalam bentuk topik – topik dan tema.
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan medan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
B. Macam-macam
Pendekatan Pembelajaran
Dilihat dari pendekatan sudut pandangnya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1)
Student Centered
Approach
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dimana pada pendekatan
jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran. SCL (Student Center Learning) menurut Wright (2011)
dalam Munganga, L (2019),mengungkapkan bahwa pendekatan yang berpusat pada
peserta, keberhasilan pengajaran terlihat ketika pengajar, peserta, dan peserta
lain menjadi sumber yang bisa memberi pengalaman, pengetahuan, dan evaluasi dalam
proses pembelajaran. Tujuan pembelajarannya tidak lagi pada tuntasnya materi,
namun lebih pada pencapaian kompetensi peserta didik. Metode dalam pembelajaran
SCL (Student Center Learning)
disebut juga sebagai pembelajaran aktif menggunakan roleplays, elearning/mlearning,
grup diskusi, fieldtrip, simulasi game, problem based
learning, contextual instruction, dll. Sedangkan menurut Cuban (1983) dalam
Justus N. Agumba Et, al., (2014), pendekatan SCL (Student Center Learning) sering
didefinisikan sebagai lawan dari pendekatan tradisional yang karaktreristiknya
bertumpu sebagian besar menitikberatkan pada peran guru.Adapun pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (Student Center Learning), menurut
Zulfatmi (2016) mampu memberi peluang yang lebih besar bagi peserta didik dalam
internalisasi nilai. Selain itu, Lin (2015), Hanewicz et, al., (2017), Yamagata
(2018) dalam Yang Dong Et, al., (2019), studi terdahulu menggambarkan gaya
pembelajaran yang berorientasi pada siswa memiliki keuntungan pemahaman yang mendalam
pada level pengetahuan. Hal tersebut seiring dengan Zohrabi,(2012) dalam Ive
Maliana (2017) yang memosisikan aktivitas peserta adalah indikator yang sangat
penting dalam proses dan kualitas pembelajaran.
2.
Teacher Centered
Approach
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru , dimana pada pendekatan
jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran. Menurut
Burrowes(2003) menyampaikan bahwa pembelajaran berfokus pada guru menekankan
pada resitasi konten, tanpa memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk
merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkan dengan pengetahuan
sebelumnya atau mengaplikasikannya pada situasi kehidupan nyata.
Penyelenggaraan pembelajaran berfokus pada guru lebih menekankan kepada tujuan
pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai
proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.
Adapun
ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang berfokus pada guru, antara lain :
a.
Guru yang harus menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar.
b.
Siswa ditempatkan sebagai objek belajar.
c.
Kegiatan pembelajara terjadi pada tempat dan waktu tertentu.
d.
Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
C.
Tipe Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001).
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan
membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapinya.
Pendekatan konstektual
merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual
sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif
yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam kelas kontekstual,
tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak
berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru bertugas mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan
sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari
hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru. Penggunaan
pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah
pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap,
nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan
kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, misalnya
melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan
sosial.(Dirjen Dikmenum, 2002:6).
D.
Kelebihan model pembelajaran kontekstual
1)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar.
2)
Menyadarkan siswa tentang apa yang dipelajarinya
3)
Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok
4)
Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan .
E.
Kelemahan model pembelajaran kontekstual
1) Tidak efisien karena
membutuhkan waktu yang lama dalam proses belajar mengajar
2) Dalam proses
pembelajaran ini tampak lebih terlihat siswa yng berkemampuan tinggi dan yang
berkemampuan kurang yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri
3) tidak semua siswa dengan
mudah untuk menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan
pendekatan ini
4) peran guru tidak Nampak
terlalu penting yaitu hanya sebagai pengarah dan pembimbing , karena lebih
menuntut siswa untuk lebih aktif dan berusaha sendiri dalam mencari informasi ,
mengamati dan menemukan pengetahuan baru dilapangan.
F.
Pendekatan
Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pembelajaran dimana
peserta didik membangun pemahaman sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada
pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi
bukan menerima pengetahuan. kontruktivisme merupakan landasan berfikir
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
dengan tiba-tiba (Suwarna,2005).
Menurut Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966),
Dewey (1938), Ausubel(1963), Caprio (1994), Mc Brien Brandt (1997), dan Nik
Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang
membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu
dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh
pelajar.
Ciri-ciri pendekatan kontruktivisme :
1) Dengan adanya pendekatan
kontruktivisme ,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakiukan
oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung
sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2) Setiap siswa memiliki
peranan penting dalam menentukanapa yang mereka pelajari
3) Peran guru hanya sebagai
pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta
memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang
dipelajari.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep
yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila
ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978)
menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya
dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep
yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang
dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga
boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan
analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne,
Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan
menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali
sebagai parcing.
Keunggulan Model
konstruktivisme:
1) Pembelajaran
konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan
baru agar siswa terdorong untuk memiliki rasa percaya diri
2) Pembelajaran
konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa
3) Pembelajaran
konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif
Kekurangan Model konstruktivisme
1) Guru merasa kesulitan
memberikan contoh yang realistic dan konkrit dalam proses pembelajaran
2) Guru berfikir bahwa
pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu terlalu banyak
bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum.
G. Pendekatan saintific
Pendekatan saintific adalah Proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi
pengetahuan, ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati , menanya,
menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk semua mapel.
Kelebihan pendekatan
saintific
1)
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan dan proses kognitif
2)
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi diri .
3)
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan .
4)
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
5)
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu
Kekurangan model saintific
1) Tidak efisien untuk
mengajar jumlah siswa yang berjumlah banyak , karena membutuhkan waktu yang
lama.
2) Tidak menyediakan
kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan mn
H. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil.
Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta
didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
Pada pendekatan proses, tujuan utama
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan
langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar
yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
I.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah
pendekatan yang mengarahkan peserta didik untuk menguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Pendekatan konsep merupakan
suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa
memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati konsep itu diperoleh .
J.
Pendekatann Open – Ended
Menurut Suherman dkk
(2003;123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut
problem tak lengkap atau disebut juga open-ended problem atau soal
terbuka.Dengan open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapat jawaban
tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Kelebihan pendekatan open-ended
1) Siswa memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk
mengekspresikan idenya.
2) Siswa memiliki
kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta keterampilan secara
komperehensif.
3) Siswa dari kelompok
lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian
masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
4) Siswa terdorong untuk
membiasakan diri memberikan bukti atau jawaban yang mereka berikan.
5) Siswa memiliki banyak
pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam
menjawab permasalahan.
K.
Kelemahan pendekatan open-ended
1) Sulit membuat atau
menyajikan situasi masalah yang bermakna bagi siswa.
2) Karena jawaban bersifat
bebas, siswa dengan kemampuan tinggi merasa ragu atau mencemaskan jawaban
mereka.
3) Mungkin ada sebagian
siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena
kesulitan yang mereka hadapi.
Dilihat dari pendekatan
materinya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan
Deduktif
Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran tradisional
yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam
bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang
menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan
sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak
mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Menurut Setyosari
(2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses berfikir yang
didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.”
Hal
serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa: Pendekatan
deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum keadaan yang
khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan
menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif merupakan
pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.”
Dalam
pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis ke bentuk realitas
atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini
guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian
menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Berbeda
dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang
bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan
sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan
umum.
Sedangkan
menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan
pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau
prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan,
menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Mengajar
dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada
siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.