A.
Pengertian Motivasi Belajar
Dalam pembelajaran aktif guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Menurut Praastya (dalamAgus, 162:2011), dari tiga
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga,
kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan
faktor yang paling baik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 163:2011).
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Sebab
jika siswa tidak mempunyai motivasi belajar tidak mungkin akan melakukan
aktivitas belajar. Segala sesuatu yang menarik minat seorang siswa belum tentu
menarik minat siswa yang lain yang tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar yang terus
menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi instrinsik. Namun
siswa yang tidak mempunyai keinginan belajar, maka dorongan dari luar dirinya
merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan.
B. Motivasi
Instrinsik dan Ekstrinsik
- Motivasi instrinsik
Motivasi
instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukannya
(Bahri Djamarah, 149:2008). Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam bahan pelajaran, bukan keinginan
yang lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, hadiah dan lain
sebagainya.
- Motivasi ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar
(Bahri Djamarah, 151:2008). Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang
tidak diperlukan dan tidak baik dalam pembelajaran. Motivasi ekstrinsik
diperlukan agar siswa mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk
akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang
menarik perhatian siswa atau karena sikap tertentu dari guru atau orang tua. Baik
motivasi ekstrinsik positif dan motivasi ekstrinsik negatif sama-sama
mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Motivasi ekstrinsik positif seperti
diakui, angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya yang merangsang siswa
untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, kasar, celaan, hukuman yang menghina dan
lain sebagainya yang berpengaruh negatif renggangnya hubungan guru dengan
siswa. Maka jadilah guru yang dibenci siswa. Efek pengiringnya, mata pelajaran
yang dipegang guru itu menjadi tidak disukai oleh siswa.
C. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar (Bahri
Djamarah, 153:2008):
1.
Motivasi sebagai
dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Seorang siswa melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar pendorong siswa untuk belajar. Berbeda
dengan seorang yang berminat belum sampai pada ranah motivasi yang menunjukkan
aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi
sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan.
2.
Motivasi instrinsik
lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak memutuskan
menggunakan motivasi ekstrinsik. Tidak pernah ditemukan guru yang tidak memakai
motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Efek yang tidak diharapakan dari
pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan siswa
terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain percaya diri, siswa juga
bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi instrinsik
lebih utama.
Siswa yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat
sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sanat kuat. Dia belajar
bukan karena ingin mendapat nilai yang tinggi, mengharapkan pujian atau
mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin mendapatkan dan
memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya.
3.
Motivasi berupa
pujian lebih baik dari pada hukuman
Meki hukuman tetap diberlakukan dalam memacu motivasi
belajar, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang lebih senang
dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga. Memuji berarti
memberi penghargaan atas prestasi kerja seseorang. Berbeda dengan pujian,
hukuman diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk memberhentikan perilaku
negatif siswa. Frekuensi kesalahan diharapkan lebih diperkecil setelah siswa
diberi sanksi berupa hukuman.
4.
Motivasi
berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh siswa adalah
keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah siswa
belajar. Jadi belajar merupakan santapan utama siswa. Dalam kehidupan siswa membutuhkan penghargaan.
Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan
kepadanya memberikan rasa percaya diri kepada siswa. Perhatian, ketenaran,
status, martabat dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi siswa.
Semua dapat memberi motivasi bagi peserta didik.
5.
Motivasi dapat
memupuk optimisme dalam belajar
Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin
akan dapat menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin belajar bukanlah
hal yang sia-sia. Hasilnya pasti akan dirasakan dihari-hari mendatang. Setiap
ulangan yang diberikan bukan dihadapi dengan sikap pesimisme, hati yang resah.
Melainkan dengan sikap yang tenang dan percaya diri.
6.
Motivasi melahirkan
prestasi dalam belajar.
Dalam berbagai hasil penelituan selalu menyimpulkan
motivasi mempengaruhi hasil belajar. Tinggi rendahnya motivasi mempengaruhi
tinggi rendahnya hasil belajar siswa.
D. Fungsi
motivasi dalam belajar
Ada 3 (tiga) fungsi motivasi dalam belajar (Bahri
Djamarah, 2008: 157):
1.
Motivasi
sebagai pendorong perbuatan
Awal mulanya ada siswa yang tidak ada hasrat untuk
belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari maka muncullah minat untuk
belajar. Sesuatu yang dicari itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam
rangka mencari tahu. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
2.
Motivasi
sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa
itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam
bentuk gerakan psikofisik. Disini siswa sudah melakukan aktivitas belajar
dengan segenap jiwa dan raga.
3.
Motivasi
sebagai pengarah perbuatan
Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Siswa
dengan tekun akan belajar dan penuh konsentrasi mempunyai tujuann
agar yang ingin diketahui/dimengerti itu cepat tercapai.
E. Bentuk-bentuk
motivasi dalam belajar
Ada beberapa bentuk-bentuk motivasi yang dapat
dimanfaatkan dalam mengarahkan belajar siswa (Bahri Djamarah, 159:2008):
1. Memberi angka
2. Hadiah
3. Kompetisi
4. Ego-Involvement (Harga diri)
5. Memberi ulangan
6. Mengetahui hasil
7. Pujian
8. Hukuman
9. Hasrat untuk
belajar
10. Minat
11. Tujuan yang diakui
No comments:
Post a Comment