Profil

My photo
Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Nama saya Afri Mardicko, dosen di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Saya putra asli Minang dan Jawa. Suku Minang saya adalah Caniago solok.

Tuesday, April 20, 2021

DIMENSI, BENTUK, DAN MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN


A.    Dimensi Supervisi Pendidikan

Dimensi menunjukan pada aspek-aspek, atau bidang-bidang yang membentuk sesuatu, jadi dimensi supervisi pendidikan menggambarkan cakupan aspek, bidang yang membangun/membentuk suatu praktik supervisi pendidikan. Bays (dalam Suharsaputra, 2018) mengemukakan 12 dimensi praktik supervisi yang dapat mendukung perbaikan pembelajaran dan pengembangan profesional, kedua belas dimensi tersebut adalah:

1.      Community Relations

Community Relations yaitu membangun dan mengembangkan hubungan terbuka dan produktif antara sekolah dan masyarakat. Hubungan dengan  masyarakat  terutama  dengan  orang  tua  siswa  merupakan faktor penting yang akan membantu bagi pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan supervisi pendidikan perlu  menguatkan  perhatian orang tua dan masyarakat pada aktivitas belajar para siswa ketika selesai belajar di sekolah dan berada  di lingkungan  masyarakat.  orang  tua  masing-masing siswa tentu akan mendorong pada peningkatan aktivitas belajar siswa di sekolah/ kelas, sehingga pengelolaan pembelajaran oleh para guru dapat sinergis dengan dukungan masyarakat, orang tua, dan itu akan membuat keefektifan pembelajaran meningkat.

Dalam al-quran terdapat juga anjuran untuk melakukan hubungan dengan sesama manusia (masyarakat), yaitu:

 وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

 

Artinya: ... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan   pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Q.S Al-maidah:2).

 

Dalam  hadits  juga  dijelaskan  tentang  pentingnya  saling  menolong. Setiap orang dari kalian adalah cermin saudaranya. Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

 

المؤمن مرآة أخيه، والمؤمن أخو المؤمن؛ يكف عليه ضيعته، ويحوطه من ورائه

 

Artinya: Seorang Mu’min adalah cermin bagi saudaranya. Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain. Dia tidak merusak harta miliknya dan menjaga kepentingannya. (Hasan) Ash Shahihah (6/923): [Abu Dawud: 40-Kitab Al Adab, 49-Bab Fin Nashihah].

 

Seorang Mukmin harus menolong Mukmin lainnya, tidak boleh menyakitinya, atau mengizinkan orang lain berbuat itu. Ia tidak boleh merendahkan mukmin lain. Ia harus menghormati semua milik dan kehormatannya sebagai sesuatu yang suci.

 

2.   Staf Development

Staf Development yaitu mengembangkan dan memfasilitasi kesempatan pertumbuhan profesi secara bermakna, pengembangan staf (guru, kepala sekolah, staf tenaga kependidikan) merupakan tuntunan penting yang harus dipenuhi oleh organisasi sekolah. Berjalannya aktivitas organisasi sekolah secara stabil memang perlu, namun upaya untuk menjadikan organisasi memiliki kemampuan atau kapabilitas dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan tampak lebih penting dalam menjaga eksistensi sekolah, bahkan meningkatkannya. Hal ini tentunya memerlukan kemampuan  anggota organisasi  sekolah  yang bermutu dengan kompetensi yang terus meningkat dan ditingkatkan sehingga implementasi proses pendidikan pembelajaran makin efektif dan bermutu.

 

3.      Planning and Change   

Planning and Change yaitu menginisiasi dan melaksanakan strategi perbaikan berkelanjutan yang dikembangkan secara kolaboratif. Perencanaan dan perubahan menjadi faktor pendorong dinamika organisasi sekolah. Supervisi pendidikan harus mampu mendorong perubahan yang terencana/terprogram. Melakukan perubahan bagi sekolah menjadi keharusan di era kompetisi dan globalisasi dewasa ini. Untuk itu tentu memerlukan bantuan agar dapat berjalan  dengan efektif dan efisien sehingga perubahan yang dilakukan dapat berdampak lebih produktif bagi pembangunan pendidikan di sekolah. Demikian juga dalam pembelajaran dimana berbagai inovasi pembelajaran perlu dapat perhatian dan pelaksanaan sekaligus dalam menjalankan, mengelola pembelajaran yang efektif, menarik dan sekaligus bermutu.

 

4.      Communication

Communication yaitu menjamin komunikasi yang jelas dan terbuka diantara individu dan kelompok melalui/ dalam organisasi. Komunikasi vertikal, horizontal dan atau diagonal yang efektif dapat memperkuat kemampuan organisasi sekolah mengintegrasikan seluruh sumberdayanya bagi pencapaian tujuan organisasi. Adapun ayat yang membahas mengenai komunikasi yaitu:

 

الرَّحۡمٰن عَلَّمَ الۡقُرۡاٰنَؕ خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ عَلَّمَهُ الۡبَيَانَۙ

Artinya: (tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.

 

Pada ayat ini Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya yang lain yaitu penciptaan manusia. Nikmat itu merupakan landasan nikmat-nikmat yang lain. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajarkan Al-Qur'an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya yang terbaik yaitu manusia dan diajari-Nya pandai mengutarakan apa yang tergores dalam hatinya dan apa yang terpikir dalam otaknya, karena kemampuan berpikir dan berbicara itulah Al-Qur'an bisa diajarkan kepada umat manusia. Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia dijadikannya tegak, sehingga tangannya lepas. Dengan tangan yang lepas, otak bebas berpikir, dan tangan dapat merealisasikan apa yang dipikirkan oleh otak. Otak menghasilkan ilmu pengetahuan, dan tangan menghasilkan teknologi. Ilmu dan teknologi adalah peradaban, dengan demikian hanya manusia yang memiliki peradaban.

Lidah adalah organ yang terletak pada rongga mulut. Organ ini, yang merupakan struktur berotot yang terdiri atas tujuh belas otot yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi pengecap rasa adalah salah satu fungsi lidah yang utama. Terdapat sekitar 10.000 titik pengecap di lidah. Lidah juga berfungsi untuk turut membantu mengatur bunyi untuk berkomunikasi. Lidah, dalam agama, hampir selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk mengukur baik-buruknya perilaku seseorang. Manusia akan menjadi baik apabila keduanya baik. Dan manusia akan menjadi buruk, apabila keduanya buruk. Nabi Muhammad saw menunjuk lidah sebagai faktor utama yang membawa bencana bagi manusia, dan ia merupakan tolok ukur untuk bagian tubuh lainnya. Beliau bersabda dalam hadisnya:

ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

Artinya:  (Celakalah kamu), ibumu kehilanganmu wahai Mu’adz! Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka, melainkan karena hasil ucapan lisan mereka.  (HR. Tirmidzi no. 2616, dinilai shahih oleh Al-Albani)

 

5.      Curriculum

Curriculum yaitu mengkoordinasi dan mengintegrasi proses pengembangan kurikulum  dan pelaksanaanya. Sebagai tujuan  dari proses pembelajaran. Kurikulum menjadi faktor yang menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan/ pembelajaran. Kurikulum yang biasanya distandarkan oleh pemerintah (ideal formal curriculum) perlu dikembangkan oleh para guru menjadi kurikulum operasional dan kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa untuk itu supervisi pendidikan harus membantu memastikan kesesuaiannya. Sekaligus pengembangannya dalam konteks lokal pembelajaran, sehingga implementasi kurikulum oleh para guru melalui  pembelajaran akan dapat sejalan dengan apa yang diharapkan dari kurikulum tersebut.

 

6.      Instructional  program

Instructional program mendukung dan  mengkoordinasikan upaya-upaya untuk memperbaiki program pembelajaran. Program pembelajaran merupakan penjabaran dari kurikulum yang diterapkan di sekolah. Ini merupakan pengembangan oleh para guru untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Administrasi program merupakan bukti awal untuk melihat kesesuaian serta pengembangannya. Namun supervisi pendiddikan harus membantu lebih dari sekedar aspek administrasi program, karena itu sebenarnya langkah awal dalam bentuk perencanaan pembelajaran yang hasilnya akan ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru. Supervisi kelas dapat menjadi langkah penting melalui praktik mengajar guru untuk kemudian dapat terdeteksi administrasi/ program pembelajarannya sehingga bantuan dapat diidentifikasi apakah dalam program adminitrasi pembelajaran atau dalam pelaksanaan (kesesuaian dengan program yang ditetapkan).

 

7.      Service to  teachers

Service to teachers yaitu menyediakan materi, sumber daya dan bantuan untuk mendukung pembelajaran (belajar mengajar). Identifikasi dan pemahaman yang dilakukan dalam supervisi pendidikan merupakan dasar yang tepat untuk memberikan layanan bagi yang disupervisi dalam membantu, membimbing upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan peran dan tugas yang diembannya. Hal utama bagi guru adalah membantu meningkatkan kemampuan dalam mengelola pembelajaran, dan ini tentu saja bisa berlaku bagi kepala sekolah untuk membantu dalam mengelola dan memimpin organisasi sekolah, serta para staf untuk meningkatkan kemampuannya dalam memdukung pelaksanaan proses pendidikan/ pembelajaran.

 

8.      Observation and conferencing

Observation and conferencing yaitu menyediakan umpan balik pada guru berdasarkan observasi kelas. Supervisi pendidikan yang dilakukan tentu dimaksudkan untuk supaya penyelengaraan pendidikan/ pembelajaran di sekolah berjalan baik, efektif, bermutu dan makin bermutu. Pelaksanaan observasi pada kinerja anggota organisasi menjadi penting dalam supervisi pendidikan. Ini  merupakan  bagian yang dapat menghasilkan umpan balik bagi perbaikan yang dilakukan dengan mengkomunikasikanya dengan pihak yang disupervisi. Konversi dapat menjadi wahana bagi pendiskusian umpan balik dari hasil yang diperoleh melalui observasi terhadap pembagian aktivitas pendidikan pembelajaran di sekolah.

 

9.      Problem solving and decision making

Problem solving and decision making yaitu menggunakan berbagai strategi untuk mengklasifikasi dan menganalisis masalah-masalah untuk pembuatan keputusan. Supervisi pendidikan dapat membantu dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan bagi perbaikan organisasi sekolah. Baik terkait dengan pembelajaran maupun dengan aktivitas keorganisasian sekolah lainya. Supervisi pendidikan memerlukan supervisor yang menguasai keilmuan tentang pendidikan, organisasi manajeman, serta memahami benar bagaimana sekolah beroperasi dan juga bagaimana pembelajaran terjadi. Sehingga kemampuan dalam membantu membuat keputusan dan memecahkan masalah dapat dilakukan dengan efektif melalui implementasi suprvisi pendidikan pada organisasi sekolah.

 

10.  Research and program evaluation

Research and program evaluation yaitu mendorong eksperimentasi dan menilai hasil. Penelitian menjadi langkah penting dalam supervisi pendidikan. Penelitian merupakan upaya memahami situasi dan kondisi organisasi sekolah secara ilmiah melalui bukti-bukti empiris yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian akan menghasilkan dekripsi tentang sekolah dan berbagai aktivitas yang akurat, sehingga preskripsi saran rekomendasi bagi upaya perbaikan sekolah, peningkatan mutu pendidikan/ pembelajaran mempunyai pijakan empiris  ilmiah.

Disamping itu hasil-hasil penelitian dapat menjadi dasar bagi dilaksanakannya evaluasi program pendidikan. Program itu mengacu pada rencana strategi sekolah untuk melihat gap antara rencana dan implementasinya, sehingga langkah-langkah yang tepat dapat  dilaksanakan sebagai bentuk  bantuan bagi organisasi sekolah (guru, kepala sekolah, staf tenaga  kependidikan) untuk terus melakukan perbaikan dalam menyelenggarakan pendidikan/ pembelajaran.

 

11.  Motivating and organizing

Motivating and organizing yaitu membantu orang-orang mengembangkan visi bersama dalam mencapai tujuan bersama memotivasi seluruh anggota organisasi dengan visi yang menginspirasi dan membangun komitmen profesi dan organisasi dalam melakukan aktivitas organisasi di sekolah serta mengorganisasikanya dalam suatu kesatuan yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan sekolah.

 

 

 

12.  Personal development

Personal development yaitu mengakui dan memikirkan segala reflektif atas keyakinan, kemampuan serta tindakan secara personal dan secara profesional. Pengembangan diri seluruh anggota organisasi sekolah menjadi hal penting untuk dikembangkan dalam supervisi pendidikan. Ini juga menunjukan kemampuan membuat organisasi dinamis dan siap berubah dengan individu-individu yang terus berkembang dan mengembangkan diri dalam kemampuan kompetensi yang dimilikinya untuk melakukan aktivitas organisasi sekolah makin efektif bermutu sesuai dengan peran dan tugas yang diemban masing-masing dalam organisasi sekolah.

 

Dari pendapat di atas tentang dimensi/ domain/ bidang supervisi pendidikan, secara prinsip dapat dikelompokan ke dalam bidang keorganisasian sekolah, bidang kinerja serta bidang utusan utama pembelajaran. Oleh karena itu supervisi pendidikan merupakan layanan bantuan dalam mengembangkan organisasi sekolah meningkatkan kinerja SDM pendidikan dan itu semua dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan  pembelajaran di sekolah, yang akan memberi dampak bagi perkembangan masyarakat. Kedua belas dimensi di atas mempresentasikan lebih dari 300 bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang teridentifikasi dan diterapkan pada supervisi pendidikan pada setiap level organisasi. Dimensi-dimensi supervisi pendidikan mencakup pengetahuan teknis. Pengetahuan prosedural juga relation (hubungan) dengan organisasi pada aktivitas orang serta menunjukan pentingnya supervisi umum. Ini menunjukan luasnya bidang kompetensi keahlian yang perlu dikuasai, dipahami dan dijadikan sikap dalam melaksanakan supervisi pendidikan (Suharsaputra, 2018).

Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi atau profesionalisme seorang guru dalam proses pembelajaran sebagaimana yang tercantum  dalam UU guru dan dosen No.14 Tahun 2005. Seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam rangka melaksanakan perannya sebagai supervisor akademik yang baik. Peran atau tugas kepala sekolah sebagai evaluator tentunya menilai performa guru. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki keterampilan dalam menentukan teknik pengukuran, pengumpulan data, menganalisis data, serta menentukan standar keberhasilan seorang guru. Sehingga ketika terdapat kekurangan bisa langsung diperbaiki (Fatoni, Altof, 2015).

 

B.     Bentuk-Bentuk Supervisi (the forms of supervision)

Supervisi pendidikan dapat dilakukan degan berbagai bentuk dan cara dalam prosesnya. Dilihat dari arah yang ingin dicapai dari kondisi kerja yang disupervisi. Dalam hal ini sikap yang dilakukan supervisor dalam melaksanakan tugasnya,  supervisi pendidikan dapat dikelompokkan dalam empat bentuk atau jenis (Briggs, dalam Sahertian & Mataheru, 1981) yaitu :

1.      Corrective Supervision

Corrective Supervision (Supervisi koreksi) merupakan supervisi untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangan ketika diketahui secara obyektif faktanya. Memperbaiki bukan dengan mencari kesalahan karena supervisi itu sendiri merupakan bantuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan serta pembelajaran. Oleh sebab itu, supervisi korektif perlu dilihat sebagai bagian dalam mengidentifikasi masalah atau pembelajaran. Kemudian diupayakan bantuan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan atau pembelajaran di sekolah.

Supervisi korektif bisa dilakukan dalam perspektif proses pembelajaran dari memulai perencanaan pelaksanaan dan juga dalam evaluasi, bimbingan serta bantuan dapat diberikan dalam setiap tahapan proses bila dipandang terdapat kesalahan. Yang terpenting adalah sesuai dengan spirit dari supervisi. Cara komunikasi yang tepat tanpa menggurui  dan bila memang terjadi kesalahan, solusi harus diberikan tanpa supervisi merasa diajari, namun bersama-sama mengatasi dan memperbaikinya demi keefektifan proses pembelajaran. Hal itu juga berlaku bila kesalahan atau kekurangtepatan terjadi dalam manajemen, kepemimpinan dan kinerja SDM lainnya di dalam organisasi sekolah.

 

2.      Preventive Supervision

Preventive Supervision (Supervisi preventif) merupakan  supervisi untuk membantu SDM pendidikan di sekolah terhindar dari melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Supervisi pencegahan dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai kasus yang relevan serta memberikan perspektif tentang berbagai kemungkinan kesalahan atau kesalahan yang telah terjadi agar dapat memberikan pemahaman dan kesadaran pada SDM pendidikan (Guru, kepsek dan staf) untuk dapat mengambil pelajaran agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.

 

3.      Constructive Suprvision

Constructive Suprvision (Supervisi konstruksi) merupakan supervisi yang dimaksudkan untuk membangun dan meningkatkan kemampuan SDM pendidikan sejalan dengan tujuan organisasi sekolah, baik dalam bidang pembelajaran, manajemen, ataupun kepemimpinan sehingga dapat memberikan dorongan untuk terus berkembangnya upaya belajar dan pengembangan diri pada seluruh anggota organisasi sekolah dalam berkontribusi bagi kemajuan organisasi sekolah. Membantu memberikan pemahaman pendidikan atau pembelajaran secara sistematik dan juga filosofis akan membantu SDM pendidikan di sekolah. Membangun pemahan yang utuh dan integral tentang peran dan tugasnya. Sehingga dapat menjadi pemicu dan pemacu untuk terus mengembangkan kemampuan dalam berkontribusi bagi organisasi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan atau pembelajaran.

 

4.      Creative Supervision

Creative Supervision (Supervisi kreatif) merupakan supervisi yang dilakukan secara kreatif dan yang mampu mendorong kreatifitas pada SDM pendidikan dalam menjalankan peran dan tugasnya masing-masing. Dalam kaitan dengan kinerja guru seperti penguatan kepemimpinannya. Supervisi pendidikan perlu memberikan kebebasan pada guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengkreasi dan melaksanakan pembelajaran yang inovatif untuk keefektifan pembelajaran. Supervisi pendidikan membantu untuk menumbuhkan keberanian para guru berinovasi dalam menjalankan peran atau tugasnya sebagai pendidik atau pengajar. Dengan demikian, guru-guru akan merasa dihormati harkat dan martabatnya serta dimulyakan nama baiknya.  Sebagaimana  perintahkan  Allah Subhanahu wataala, dalam firmanNya Surah al-Isrā‘/17:70 sebagai berikut:

 

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا

Artinya: Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (Q.S Al-Isra:70).

 

Jenis Supervisi di atas menunjukkan pada perlakuan apa yang diberikan pada kinerja yang dilakukan Supervisi pendidikan dilakukan sementara itu. Dilihat dari pola hubungannya Supervisi pendidikan dapat dibagi kedalam dua bentuk, yaitu:

1.   Supervisi formal

Merupakan Supervisi yang dirancang, direncanakan,   dan ditata khusus untuk melakukan interaksi supervisi diantara  supervisor dengan yang disupervisi.

2.   Supervisi informal

Merupakan Supervisi yang terjadi tanpa suatu  perencanaan yang tertata namun  interaksi Supervisi dilakukan  dengan kecenderungan tidak sengaja.

 

Kedua bentuk Supervisi tersebut tetap dapat  dilakukan dan terjadi dengan kemanfaatan yang tetap positif bagi perbaikan proses pendidikan di sekolah. Sementara itu dilihat dari penyebab, pola interaksinya dan juga fokusnya. Supervisi pendidikan dapat dikelompokkan kedalam dua bentuk yaitu:

1.      Supervisi Klinis

Supervisi klinis dikembangkan pertama kali berdasarkan gagasan diagnosis dan perlakuan di bidang medis oleh Morris L, Cogan, Robert Goldhammer dan Richard Weller tahun 1950 di School of Education. Pendekatan ini dipengaruhi oleh teori behavioristik. Kata "klinis" menunjuk pada muka antara guru dan supervisor pada pemecahan masalah reflektif, target secara langsung masing-masing kelas, dan terfokus pada guru sebagai agen perubahan. Memiliki kapasitas mengembangkan kemampuan guru untuk bertanggung jawab menganalisis kinerja guru, terbuka membantu orang lain, dan mengarahkan diri sendiri dilakukan dalam bentuk proses tatap muka yang memungkinkan supervisor dan guru bersama membahas dan menganalisis masalah pembelajaran yang terjadi di kelas dan menemukan mengatasi masalah tersebut.

Model ini lebih menekankan pada hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru serta terpusat pada perilaku aktual guru dalam mengajar. Supervisi klinis ada juga yang menyebutnya model Supervisi. Model Supervisi adalah bentuk atau model Supervisi yang fokus pada prilaku guru mengajar, prilaku yang disupervisi yang terjadi, kemudian dianalisis untuk ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka dilakukan, diberkan bantuan dan bimbingan untuk memperbaikinya, meningkatkannya.

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional (Willem dalam Sahertian, 2000). Sergiovanni dan Starratt (2002: 222) mengungkapkan bahwa supervisi klinis sebagai kontak tatap muka dengan guru dengan maksud meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan pertumbuhan profesionalisme. Acheson  dan Gall (1987) Supervisi klinis adalah sebuah model alternative dan Supervisi yang lebih interaktif, demokratis, dan berpusat pada kebutuhan guru. Supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan perfomansi guru mengelola proses belajar mengajar.

Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari supervisi klinis yang membedakan dengan supervisi lainnya (Natalia, 2020) yaitu sebagai berikut:

a.       Pada dasarnya supervisor dan guru sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap keprofesionalannya.

b.      Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar bukan mengubah kepribadian guru.

c.       Balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas keputusan penilaian yang tidak di dukung oleh bukti nyata.

d.      Bersifat konstruktif dan memberi penguatan pada pola-pola dan tingkah laku yang pola tingkah laku yang belum berhasil.

e.       Tahapan supervisi klinis merupakan kontinuitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.

f.       Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat di dalam mencari pengertian bersama dalam proses pendidikan.

g.      Tiap guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk mengemukakan pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya mengajarnya.

h.      Supervisor mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi sebagaimana cara menganalisis cara mengajar guru.

i.        Guru mempunyai prakarsa dan tanggung jawab dalam meningkatkan kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran.

j.        Supervisor dan guru bersifat terbuka dalam mengemukakan pendapat dan dilandasi saling menghargai kedudukan masing-masing dan secara bersinergi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru.

 

2.      Modifikasi Supervisi Klinis

Modifikasi bisa dilakukan dengan Supervisi tidak langsung. Seperti melalui penelitian tindakan atau action research.  E-supervision (Supervisi elektronik berbasis internet) atau bentuk lain yang secara mendasar dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan kompetensi, mutu kinerja supervisi dalam melaksanakan proses pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah.

Supervisi klinis secara prinsipil adalah Supervisi  pembelajaran dan dimaksudkan utuk memperbaiki, meningkatkan kemampuan para guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pengajar. Apabila terkait dengan patologi tertentu, serta penekanan pada interaksi langsung antara supervisor dengan Supervisi. Sebagaimana dikemukakan diatas maka supervisi dengan interaksi langsung dapat dilakukan pada semua guru, sehingga dapat diketahui apa masalah yang dihadapi masing-masing guru untuk kemudian dibeikan bntuan dalam meningkatkan kemampuan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

 

Dilihat dari pelaksanaan peran yang disupervisi, supervisi pendidikan dibagi kedalam dua jenis atau bentuk (Suharsaputra, 2018) yaitu:

1.      Collegial Supervision

Supervisi kolegial merupakan Supervisi pendidikan yang dilaksanakan dalam hubungan kolegial kebersamaan interaksi bersifat kooperatif dan kolaboratif menuju  peningkatan kemampuan bersama. Supervisi ini merupakan pengembangan profesional secara kooperatif yang dapat membantu guru.

 

 

 

 

2.      Self-directed Supervision

Supervisi mandiri (mengarahkan sendiri) merupakan supervisi dimana Supervisi menentukan tujuan untuk pengembangan professional dirinya dan merencanakannya untuk mencapai tujuan kemudian  menyampaikannya  pada  supervisor dalam  periode waktu tertentu. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al- Qashash/28:26, sebagai berikut:

 

قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ 

Artinya: Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”

 

Profesionalime guru yang dimaksud adalah kemampuannya dalam memahami pembelajaran, manajemen kelas, keterampilan menerapkan pendekatan, strategi, metode dan teknik mengajar yang efektif dan menggunakan media pembelajaran untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran serta kecakapan dalam memilih model dan teknik pembelajaran yang efektif dan fungsional baik secara individu maupun kelompok.

Bentuk supervisi lainnya dilihat dari kebutuhan supervisi (pihak yang disupervisi) dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik. Dapat dikelompokkan kedalam dua bentuk yang masing-masing dikemukakan oleh pakar yang berbeda yaitu:

 

1.      Developmental Supervision

Supervisi ini dikemukakan oleh Glickman (1981)  Supervisi ini  dilakukan  dengan  cara supervisor mengidentifikasi tahapan perkembangan supervisi (guru) kemudian menggunakannya untuk menentukan teknik yang tepat untuk membantu pertumbuhan profesionalnya.

 

2.      Differentiated Supervision

Sejak tahun 1980-an, supervisi pengajaran mulai diarahkan pada pendekatan baru, setelah diperkenalkannya supervisi pengembangan oleh Glickman (1981). Pendekatan supervisi tersebut menyadari adanya kenyataan, bahwa peneliti  yang berbeda telah menemukan keefektifan tiap-tiap pendekatan tersebur. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka disarankan agar para supervisor menggunakan pendekatan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan guru tertentu.

Perbedaan kebutuhan itu, diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan individual. Glatthorn (1997) juga menggambarkan supervisi yang dapat memperlihatkan perbedaan (differentiated supervisión) sebagai sebuah pendekatan pada supervisi yang melengkapi guru dengan opsi tentang jenis-jenis kepengawasan (advisory)dan layanan evaluasi yang mereka terima. Supervisi ini dilakukan dalam bentuk Supervisi atau para guru memilih antara supervisi (aspek yang memerlukan Supervisi) dan evaluasi supervisi ini didasari pemikiran bahwa pendekatan atau bentuk Supervisi yang berbeda-beda akan memungkinkan supervisor berkonsentrasi.

Supervisi yang bersifat pengembangan (developmental) dan Supervisi yang dibedakan (Differentiated) mempertimbangkan kebutuhan guru yang disupervisi lainnya terkait keperluan perbaikan dalam pembelajaran di kelas atau dalam pengelolaan dan kepemimpinan organisasi sekolah. Supervisi pengembangan melihat pada perlunya profesi pendidikan (seluruh anggota organisasi sekolah) untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan peran dan tugasnya.

Zepeda  (dalam  Suharsaputra, 2018) menyatakan bahwa Supervisi Differentiated dan Developmental menentukan langkah-langkah untuk dapat mengembangkan hal-hal berikut:

a.    Melakukan investigasi atas praktik-praktik pendidikan atau pembelajaran melalui  eksperimentasi,  melakukan observasi pada yang lain guna menemukan berbagai cara yang efektif dalam memperbaiki, meningkatkan efektivitas proses pendidikan atau pembelajaran sehingga terjadi shared experience and knowladge dikalangan para guru dan anggota organisasi sekolah lainnya.

b.   Menentukan jenis supervisi yang akan dilakukan dengan memperhatikan pihak yag akan di supervisi berdsarkan kebutuhan yang dirasakannya sehingga proses Supervisi pendidikan dapat tepat membantu mengatasi masalah yang dihadapi sehingga efektifitasnya dapat terjamin.

c.    Para guru dan anggota organisasi sekolah lainnya merupakan pembelajaran yang perlu ditempatkan sebagai partisipan yang aktif  dalam pengalaman  belajar bersama dengan yang lain untuk merumuskan hipotesis tentang praktik pembelajaran yang dipandang efektif untuk kemudian menguji dan mengembangkannya untuk mendapatkan suatu alternatif cara yang tepat. Efektif dan bermutu dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik atau pengajar dalam organisasi sekolah (pendidikan formal)

d.   Melakukan interaksi dengan yang lain dalam mengontruksi praktik pendidikan atau pembelajaran yang telah dilakukan kemudian melakukan kontuksi ulang dalam mengembangkan praktik-praktik agar efektivitsya makin meningkat dan makin bermutu. Melakukannya secara bersama tentu akan memberikan keluasan kajian dan pandangan sehingga rekontruksi akan memunculkan pola-pola yang lebih baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

e.    Umpan balik dalam supervisi tidak bersifat menilai dibedakan dengan evaluasi kinerja dan perlu dilakukan terbuka untuk bertukar pengalaman praktik dengan yang lain sehingga berbagai kekurangan yang mungkin ditemukan dalam supervisi tidak menjadikan pihak yang disupervisi menjadi down, namun akan lebih mendorong pada upaya untuk melakukan  pegembangan  diri secara bersama.

f.    Supervisi pendidikan perlu mendorong pada belajar mandiri, sehingga pengembangan kinerja yang disupervisi menjadi aktivitas individu sebagai pendidik serta refleksi komitmennya pada organisasi sekolah.

 

Dalam melaksanakan bentuk-bentuk atau jenis supervisi seperti dikemukakan di atas orientasi atau fokus pada subjek yang di supervisi akan memberi warna pada kedalaman dan atau keluasan. Dalam hubungan ini supervisi pendidikan bila dilihat dari orientasinya dalam konteks sistem serta basis pelaksanaannya dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk atau jenis (Suharsaputra, 2018) yaitu:

1.   Supervisi pendidikan berbasis bidang kegiatan atau tugas supervisi berorientasi tugas memberikan focus pada tugas yang dilakukan oleh anggota organisasi sekolah, Supervisi akademik dan Supervisi manajerial termasuk kedalam jenis ini, dimana perbaikan pembeljaran dan pengelolaan khususnya pengadministrasian kegiatan organisasi sekolah dilakukan didalamnya dengan  kinerja  staf  sebagai pendukung dalam pelaksanakannya. Dimana supervisi manajerial merupakan bagian dari kierja kepala sekolah. Namun upaya pengembangan kinerja akan menghadapi kesulitan karena kinerja mengikuti bidang sementara pengembangan kinerja guru untuk kegiatan organisasi sekolah lainnnya akan dipandang kurang terkait dengan kinerja guru. Padahal dalam konteks organisasi sekolah kineja kepala sekolah memerlukan  pengembangan dalam kaitan dengan peningkatan  kapabilitas dan kinerja organisasi sekolah sebagai suatu  unit atau kesatuan sistem organisasi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

2.   Supervisi Pendidikan berbasis Kinerja (organisasi dan SDM atau individu) merupakan supervisi yang fokus pada kinerja baik kinerja institusi maupun individu dalam menjalankan peran dan fugsinya pada organisasi. Dalam pendidikan persekolahan Supervisi kinerja memberikan penekanan pada satuan pendidikan  sebagi suatu sistem yaitu organisasi sekolah pada pendidik (guru, kepala sekolah dan tenaga).  

 

Pada dasarnya Supervisi bidang dan Supervisi kinerja merupakan hal yang bersifat melengkapi dan memperluas orientasi fokus dan supervisi pendidikan sehingga perlu dipandang lebih merupakan pelakasanaan perspektif dalam melihat peran supervisi pendidikan dan melakukan supervisi pendidikan dalam mengembangkan kinerja organisasi pendidikan. Pada akhirnya dapat berefek pada peningkatan suatu pendidikan atau pembelajaran di sekolah baik dalam proses atau hasilnya.

 

C.    Model-model Supervisi Pendidikan

Townsend dan MacBeath (dalam Suharsaputra, 2018) menyatakan sebagai berikut: Each supervisory system can be analyzed with togard to the relative emphasis it places  on  its  different  aspects  and,  particularly,  on  the  choice  between support  and  control. Pilihan antara mendukung membantu (support, assistance dan pengendalian (kontrol) merupakan aspek yang menjadi pilihan penekan dalam supervisi pendidikan, dan dengan memperhatikan hal tersebut De Grauwe (dalam Suharsaputra, 2018) mengemukakan empat model supervisi, pendidikan yang mungkin dilaksanakan dalam suatu sistem pendidikan. Keempat model itu  mengkaji  tipe-tipe  tanggung  jawab  yang  diemban  otoritas  pusat  dan otoritas sekolah, adapun keempat model tersebut adalah:

1.      The classical supervision model

Dalam model ini supervisi pendidikan memelihara perannya untuk menyediakan atau melakukan pengendalian dan dukungan, bantuan dalam bidang pedagogik dan administratif. Cakupannya bersifat menyeluruh sesuai dengan hak dan masing-masing sekolah atau guru yang disupervisi. Model ini menempatkan penekanan yang kuat pada supervisi eksternal sebagai alat monitoring yang paling penting, dan hasil-hasil evaluasi internal sekolah hanya menjadi bagian informasi bagi supervisor eksternal. Model ini menunjukkan kepercayaan yang kuat akan kemampuan negara untuk mengontrol sekolah secara efektif.

 

2.   The central control model

Model ini didasarkan pada hal-hal atau prinsip-prinsip berikut:

a.       Supervisi hendaknya berkonsentrasi pada tugas utama    yaitu pengendalian kontrol.

b.      Birokrasi yang rumit yang  menjadi ciri model klasik tidak hanya mahal tapi juga mencegah supervisi berfungsi efektif.

c.       Supervisi eksternal tidak dapat dengan sendirinya membawa atau mendorong pada perbaikan sekolah.

d.      Peran supervisi adalah menginspeksi tiap-tiap sekolah dari waktu ke waktu dan menerbitkan laporan untuk publik.

e.        Evaluasi internal dilakukan dengan mencakup riview proses, yang merupakan bagian integral dan siklus eksternal.

 

3.      The close to school support model.

Dalam model ini peranan supervisi yang utama adalah membantu sekolah yang paling lemah dengan memberikan saran dan bimbingan cara melakukan perbaikan. Tiap sekolah akan melakukan adaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhannya, dan kunjungan supervisi menjadi alat penting dalam melakukan monitoring. Untuk menjamin fokus pada sekolah yang betul-betul membutuhkan bantuan, maka diperlukan basis data yang akurat untuk dasar melakukan supervisi  pendidikan,  dan  tujuannya  adalah  mengembangkan  sekolah secara bersama dan memperbaiki pembelajaran serta operasi atau kegiatan sekolah.

 

 

4.   The school-site supervision model

Model ini didasari pada pandangan bahwa guru-guru dan masyarakat lokal merupakan bentuk pemantauan terbaik (the best monitors) atau mutu dan berfungsinya sekolah. Staf pengajar  merupakan orang-orang yang memiliki skill dan kesadaran profesional untuk berpartisipasi dalam evaluasi secara mandiri dan dengan rekan sejawat tanpa diperlukan supervisi eksternal sehingga hanya sedikit saja keperluan pada intervensi pusat.

 

Model-model supervisi pendidikan di atas hanya untuk menunjukkan berbagai cara supervisi pendidikan diterapkan dalam suatu sistem pendidikan yang mungkin terjadi, dilaksanakan dalam kaitannya dengan upaya layanan bantuan dan atau pengendalian. Dalam kenyataan dilapangan sering terjadi bahwa kedua hal tersebut didampingkan, karena pada dasarnya kedua hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, namun demikian penerapan model memerlukan kajian kebijakan yang matang dengan melihat kondisi lapangan yang ada serta efek atau dampak yang diinginkan terjadi dalam bidang penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Cara pembagian model dengan mendasarkan pada bagaimana memastikan kondisi lapangan dari penyelenggaraan pendidikan serta upaya apa yang diperlukan untuk memperhatikannya.

Namun begitu terdapat juga yang menyebutnya sebagai pendekatan, adapun yang termasuk dalam perspektif ini menyebutkan beberapa model dan atau pendekatan yaitu:

1.   Supervisi ilmiah/saintifik

Model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket (Sahertian, 2008) supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.       Dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan.

b.      Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.

c.       Menggunakan instrumen pengumpulan data.

d.      Dapat menjaring data yang objektif.

 

2.   Supervisi klinik

Sejarah perkembangan Supervisi klinik mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richart Weller di Universitas Harvard pada akhir dasawarsa 1950an dan awal dasawarsa 1960an. Ada dua asumsi mendasari praktik supervisi klinik. Pertama, pembelajaran merupakan aktivitas, yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melalui pengamatan dan analisis ini, seorang supervisor pendidikan akan dengan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalismenya ingin dikembangkan lebih menghendaki cara kesejawatan daripada cara yang otoriter. Supervisi klinik merupakan supervisi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa dengan memperbaiki perilaku mengajar guru dalam proses pembelajaran dengan cara mengobservasi perilaku mengajar guru, dan proses pembelajaran di kelas guna meningkatkan dan atau memperbaiki efektivitas proses pembelajaran. Dilakukan  secara demokratis, kolaboratif serta berdasarkan kebutuhan supervisi. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan, atau memperbaiki kinerja guru atau yang disupervisi.

Supervisi klinik sebagai suatu sistem instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan secara langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan dukungan, membantu dan melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja guru dalam mendidik para siswa. Bolla (1985) memberikan definisi supervisi klinis sebagaimana : “Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intellectual analysis of actual teaching performance in the interest of rational modification”. (sebagaimana supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan menjalankan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk modifikasi yang rasional). Sedangkan Cogan (1973) mendefinisikan supervisi klinik sebagai berikut. “The rational and practice designed to improve the teacher's classroom performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basis of the program, procedures, and strategies designed to improve the student's learning by improving the teacher's classroom behavior”

Cogan menekankan bahwa supervisi klinik adalah upaya bantuan secara langsung yang diberikan supervisor kepada guru dengan cara melakukan observasi dan melakukan analisis hasil observasi saat guru mengajar agar guru menjadi lebih efektif dalam melaksanakan tugas mengajar. Praktik supervisi klinik dilandasi teori psikologi, belajar dan pembelajaran, kepemimpinan, teori motivasi, tepri organisasi, teori komunikasi, administrasi dan manajemen.

3.   Supervisi aristik

Supervisi aristik adalah model supervisi kontemporer yang didasarkan pada pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sensivitas penilaian, serta kompetensi supervisor dalam mengobservasi yang disupervisi (guru) terkait kejadian pembelajaran dalam lingkungan kelas. Model ini menjalin hubungan  baik  dengan  guru  yang disupervisi  sehingga mereka merasa dibimbing, diterima merasa aman yang bisa menimbulkan dorongan untuk maju dan mengembangkan diri (Suharsaputra, 2018).

 

4.   Konvensional

Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari   kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan.

Kadang-kadang   bersifat   memata-matai. Perilaku   seperti ini disebut snooper vision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang  sangat  mudah  untuk  mengoreksi kesalahan orang  lain, tetapi lebih sulit lagi untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya   yang disupervisi merasa tidak puas dan ada dua sikap yang  tampak dalam kinerja yang disupervisi : 1) Acuh tak acuh (masa bodoh), dan (2) Menantang   (agresif). Praktik mencari-cari   kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktik-praktik supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga yang disupervisi menyadari bahwa dia harus memperbaiki  kesalahan.  Yang disupervisi akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai  bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan (Juliani, 2011).

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Acheson, K. A & Gall, M. D. 1980. Techniques In Clinical Supervision, Preservice and Inservice Applications. New York: Longman.

 

Bolla, John. J. 1985. Supervisi Klinis. Jakarta : Departemen P dan K, Ditjen Pendidikan Tinggi (PPLPK).

 

Cogan, M.L. 1973. Clinical Supervision. Boston: Hougton Mifflin.

 

Fatoni, M. Altof, 2015. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di MTs Islamiyah Ciputat.Jakarta Universitas Islam Negeri Jakarta.

 

Glickman, C.D, 1981. Development Supervision. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

 

Juliani,   Retno Dhojar .   2011.   Model,   Pendekatan,   Dan   Teknik   Supervisi Pendidikan Diperguruan Tinggi. Majalah Ilmiah Universitas Pandanaran. Vol 10, No 22 (2012).

 

Mantja, W. 1990. Supervisi Pengajaran: Kasus Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar negeri Kelompok Budaya Etnik Madura di Kraton. Disertasi tidak diterbitkan.

 

Malang: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.

 

Natalia. Meningkatakan Profesionalisme Guru dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis. Jurnal KANSASI Vol.5, No.2, Oktober 2020.

 

Sahertian, P. A., & Mataheru, F. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.

 

Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

                          . 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Sergiovanni, T. J., & Starratt, R. J. 2002. Supervision: a redefinition Boston: McGraw - Hill

 

Suharsaputra, Uhar. 2018. Supervisi Pendidikan Pendekatan berbasis Kinerja. Bandung : PT Refika Aditama.


No comments:

Post a Comment

HAKIKAT PEMBELAJARAN

1. Makna Pembelajaran Pada bab 1 kita sudah membahas tentang makna belajar. Supaya belajar dapat terlaksana dengan baik dan maksimal maka ...